Header Ads

Jabatan Seumur Hidup Xi Jinping, Donald Trump: Kita Bisa Meniru...


SIKAT MIRING - Dalam sebuah pertemuan tertutup dengan Partai Republik pada Sabtu 3 Maret 2018, Donald Trump mengungkapkan penyesalan keputusan untuk tidak menyelidiki Hillary Clinton setelah pemilihan presiden 2016. Tak hanya itu, Trump juga mengecam "sistem yang dicurangi" yang masih belum memiliki "orang yang tepat untuk memperbaikinya."

Ocehan Trump belum selesai sampai di situ. Di depan para anggota Partai Republik, Orang Nomor Satu AS itu memuji Presiden China, Xi Jingping, karena berhasil mengonsolidasi kekuatan dan memperpanjang masa jabatannya. Suami Melania itu juga mengatakan, dia tidak keberatan jika bisa bernasib sama dengan Xi Jinping.

"Dia sekarang presiden seumur hidup. Presiden seumur hidup, Tidak, dia hebat," kata Trump seperti dikutip dari CNN pada Minggu (4/3/2018).

"Dan lihatlah, dia mampu melakukan itu. Saya pikir, itu hebat. Mungkin kita perlu meniru seperti dia pada suatu hari," lanjutnya.

Ucapan tersebut disampaikan di ballroom di rumahnya di Mar-a-Lago saat makan siang, yang dilanjutkan dengan acara penggalangan dana. Trump cukup panjang berpidato yang dibumbui dengan lelucon dan tawa.

Akan tetapi, kata-kata Trump mencerminkan rasa dendamnya yang mendalam, bahwa tindakannya selama kampanye 2016 masih dalam pengawasan sementara yang dilakukan oleh mantan pesaingnya, Hillary Clinton, ia anggap pemerintah AS tidak melakukan apa-apa,

"Saya beri tahu Anda, ini adalah sistem yang salah," kata Donald Trump.

"Saya telah lama mengatakannya, ini adalah sistem yang tidak tepat, dan kita belum memiliki orang yang tepat di sana, kita memiliki banyak orang hebat, tapi beberapa hal, kita tidak memiliki orang yang tepat."

Trump berulang kali mengatakan bahwa jaksa agung, Jeff Sessions, harus melancarkan penyelidikan ke Clinton. Ia menyerang Sessions di Twitter karena tidak mempertimbangkan apa yang dia anggap sebagai langkah yang tepat untuk menyelidiki tindakan Clinton terkait melibatkan server email pribadinya.

Kemarahan yang menusuk Jaksa Agung Sessions rupanya telah bikin suasana hati Donald Trump selama seminggu terakhir buruk.

Termasuk pada hari Rabu malam, saat dia menggerutu di dalam Gedung Putih karena keputusan jaksa agungnya yang mengeluarkan sebuah pernyataan membela diri setelah Trump mengkritik pendekatannya terhadap penyelidikan dugaan pelanggaran pengawasan, sebagai hal yang memalukan di Twitter.

Episode itu hanya salah satu dalam serangkaian momen menyedihkan bagi Donald Trump minggu ini, termasuk kabar pengunduran diri humas cantiknya sebagai direktur komunikasi Gedung Putih.

Serangkaian Ocehan Donald Trump Sepanjang Minggu...


Semangat di Gedung Putih telah turun ke posisi terendah baru, dan Trump sendiri yang membuat hal itu. Sejumlah tajuk berita utama banyak mengutip pernyataan negatifnya. 

Pada hari Sabtu, di antara para donor berkumpul di grand ballroom di Mar-a-Lago, Trump merenungkan kebahagiaan mantan saingannya, bertanya-tanya dalam hati apakah dia menikmati kehidupan setelah kampanye berlangsung.

"Apakah Hillary orang yang bahagia? Apa menurutmu dia bahagia?" dia berkata.

"Ketika dia pulang ke rumah pada malam hari, apakah dia berkata, 'Betapa hebatnya hidup ini?' Saya tidak berpikir begitu, Anda tidak pernah tahu, saya harap dia bahagia. "

Di tempat lain dalam sambutannya, Trump mengkritik keputusan mantan Presiden George W.Bush untuk menyerang Irak setelah intelijen yang salah mengindikasikan bahwa negara tersebut memiliki senjata pemusnah massal.

"Ini kita, seperti dummies dunia, karena kita memiliki politisi buruk yang menjalankan negara kita untuk waktu yang lama," katanya.

Trump menyebut invasi Irak "keputusan terburuk yang pernah dibuat" dan mengatakan bahwa hal itu berarti "melemparkan batu bata besar ke sarang lebah."

"Itu adalah Bush, jenius sejati lainnya, itu Bush," kata Trump sinis.

"Dia ternyata punya kecerdasan yang luar biasa. Anda tahu? Ada badan intelijen hebat di sana," ucap Trump dengan sarkas.

Trump sebelumnya telah mengatakan bahwa kegagalan laporan senjata pemusnah massal untuk mengkritik badan intelijen AS. Hal tersebut ia lalukan sebagai alasan untuk meragukan kesimpulan lembaga yang sama 'bahwa Rusia mencampuri pemilihan 2016.'


No comments